
SEJARAH DESA
Berpangkal ketika mbah Hasan Munadi,yang dimana banyak literatur yang menyebutkan bahwa beliau hidup sezaman dengan walisongo. Beberapa literatur mengatakan beliau merupakan putra brawijaya V. menurut juru kunci di makam mbah Hasan Munadi sendiri, mbah Hasan Munadi merupakan murid dari sunan ampel.
Beliau merupakan seorang Tumenggung di Kerajaan Islam pertama di Jawa memilih untuk meninggalkan pangkat, kebesaran, dan kemegahan yang dimilikinya, terdapat beberapa versi juga mengapa beliau meninggalkan Kerajaan Demak diantaranya ada yang menyebutkan bahwa beliau mendapatkan Amanah dari gurunya yaitu Sunan Bonang untuk menyebarkan agama islam di kampung halamannya dan ada juga yang menyebutkan bahwa mbah Hasan Munadi bisa sampai di Semarang bagian Selatan dikarenakan wilayah penyebaran walisongo sudah di ploting dan Sunan Kalijaga mendapatkan Amanah di daerah Semarang bagian Selatan.
Nama desa Nyatnyono sendiri menurut tuturan warga sekitar seperti pengurus sendang kalimah toyyibah yaitu pak Achmaji menyebutkan bahwa mbah Hasan Munadi diberi tugas dari walisongo untuk membangun masjid Demak. Akan tetapi, beliau sudah terlebih dahulu membangun masjid di lereng gunung Suroloyo dan hal itu lah yang di mula-mula menjadi penamaan desa Nyatnyono yang berarti “ lagi menyat wis ono”. Yang artinya “ lagi beranjak tapi sudah ada”
Di dalam versi wawancara suara Merdeka terhadap ketua pengurus makam pada tahun 2021 mbah Hasan Munadi menyebutkan bahwa asal muasal nama nyatnyono berasal dari mbah Hasan Munad yang sering mengkumandangkan adzan di masjid Agung Demak dan ketika sunan ampel berkunjung ke masjid Agung Demak beliau mendengar suara adzan yang sangat merdu dan di ketahui suara adzan itu adalah suara dari mbah Hasan Munadi yang sudah dikenal sebagai muazzin yang ada di masjid demak. Ketika sore hari mbah Hasan Munadi beraktivitas di Demak dan ketika waktu isya sudah berlalu beliau sudah berada di Nyatnyono lagi dan itu lah yang menjadi asal usul Nyatnyono yang berarti “ menyat wis ono” yang berarti “ tiba-tiba ada” menggambarkan begitu cepatnya beliau melakukan perjalanan dari Demak menuju Ungaran dan juga sebaliknya.
Sedangkan menurut juru kunci dari makam mbah Hasan Munadi sekarang yaitu pak Slamet (2024). Beliau menyebutkan bahwa nama Nyatnyono awalnya mbah Hasan Munadi yang di beri tugas oleh gurunya yaitu Sunan Ampel untuk menyebarkan agama islam di daerah ungaran Barat dan sunan Ampel bertutur lah “ Menyat to neng kono” dan itulah yang menjadi awal mula penamaan nyatnyono.
SEJARAH MASJID SUBUSSALAM SENDANG KALIMAH TOYYIBAH


Masjid subussalam atau masjid Nyatnyono merupakan masjid peninggalan mbah Hasan Munadi yang konon menurut penuturan warga sekitar masjid Nyatnono ini merupakan masjid tertua yang ada di Jawa Tengah, masjid ini juga di gadang-gadang lebih tua dari masjid Agung Demak. Di bagian dalam tengah masjid ini terdapat “Soko” atau tiang yang terbagi menjadi empat. Konon banyak yang menyebutkan bahwa tiang tersebut adalah satu tiang yang hilang yang ada di Masjid Demak, tiang tersebut dulunya hanya satu tiang akan tetapi kemudian di jadikan empat tiang. Masjid ini berdiri di desa Nyatnyono tepatnya di Dusun Krajan RW 04. Bangunan masjid subussalam ini begitu modern dan sangat amat kokoh bahkan tidak tampak adanya ciri dari bangunan lama. Hal ini di sebabkan masjid tersebut sudah di renovasi pada tahun 1986, yang dimana pada tahun terebut masjid Subussalam dinilai oleh warga sekitar bangunannya sudah mulai rentan dan tidak layak lagi untuk digunakan untuk berkegiatan dikarenakan jikalau musim penghujan tiba masjid ini mengalami kebocoran. Hal inilah yang merupakan pemantik warga untuk melakukan renovasi.
Tetapi, merenovasi masjid ini tidak lah mudah, banyak tantangan yang harus di lalui oleh warga sekitar terutama di masalah pendanaan. Saat itu menurut pak Achmaji warga melakukan rapat bersama tokoh-tokoh agama dan membuahkan kesepakatan untuk merenovasi masjid dengan syarat melakukan sowan terlebih dahulu ke para kyai, dengan sowan ini istilahnya warga sekita meminta izin untuk merenovasi masjid peninggalan mbah Hasan Munadi. Dan kemudian para kyai berziarah ke makam mbah Hasan Munadi bersama jamaahnya dan setelah selesai para kyai memberi pesan bahwa “ mejid nyatnyono ora perlu di mesake mergo mbah wali iseh sugih, sesok rezekine mili” yang berarti “ Masjid nyatnyono tidak perlu di kasihani karena mbah wali masih kaya, besok rezekinya akan mengalir dengan sendirinya” .
setelah itu, ditemukanlah “ sendang” yaitu sumber mata air yang konon menurut warga sektar airnya tidak pernah habis walaupun saat kemarau melanda. Seiring bertamabahanya hari setelah mata air ini ditemukan, banyak peziarah dari berbagai macam daerah berbondong bondong untuk mengunjungi makam dan mata air yang di percaya adalah “ karomah” dari mbah Hasan Munadi yang bisa menyembuhkan segala penyakit dan kemudian pengurus makam meletakkan kotak amal di daerah pintu masuk sendang yang kemudian dananya digunakan untuk merenovasi masjid subussalam.
Hingga sekarang di desa Nyatnyono yang dikenal sebagai “ Desa Wisata Religi” setiap harinya peziarah yang mengunjungi makam mbah Hasan Munadi, Sendang Kalimah Toyyibah serta Masjid Subbussalam tidak pernah sepi. Banyak peziarah yang datang jauh-jauh dari berbagai daerah bukan hanya dari pulau Jawa Saja tetapi dari luar pulau seperti Sumatera dan Kalimantan mengunjungi Nyatnyono untuk berziarah ke tiga tempat yang bisa dikatakan “ satu paket” saat ziarah ke makam-makam walisongo.
Present : Giat 11 UNNES
Author : Ilah Nuridah
Source :
Sartika, M., Adinugraha, H. H., & Kinasih, H. W. (2018). Kearifan lokal di pedesaan: kajian praktik budaya religi di desa Nyatnyono. International Journal Ihya ‘Ulum Al-Din, 20(1), 109-128.
Susilo, A., & Wulansari, R. (2019). Peran Raden Fatah Dalam Islamisasi di Kesultanan Demak Tahun 1478–1518. Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam, 19(1), 70-83.
Vindalia, J. I., Siregar, I., & Ramli, S. (2022). Dakwah Sunan Kalijaga Dalam Peyebaran Agama Islam Di Jawa Tahun 1470 €“1580. Krinok: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Sejarah, 1(3), 17-25.
wawancara :
Pak Achmaji, 8 Februari 2025, Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat.